Jumat, 17 Juni 2011

manpaat pelepah pisang

cybertokoh.com Alam
memiliki kekayaan bukan
hanya dalam kandungan
bumi, melainkan juga di
permukaannya. Bahan-
bahan alam yang
menguntungkan manusia,
dengan mudah
dimanfaatkan sehingga
menghasilkan sesuatu. Tapi
bahan sisa seperti limbah
justru dibuang karena tidak
bisa dipergunakan lagi.
Namun, jangan salah,
kreativitas manusia terus
berjalan sehingga limbah
kini bisa menjadi berharga
melebihi bahan bakunya.
Pohon pisang selama ini lebih
banyak diambil buah dan
daunnya. Pisang yang tak
berbuah dua kali tersebut,
setelah berbuah daunnya
diambil, pohonnya lalu
ditebang menjadi sampah.
Di tangan orang yang memiliki
kreativitas, pohon pisang yang
sudah kering bisa menjadi
kerajinan unik dan memiliki
cita rasa seni tinggi.
Pelepah pisang, daun hingga
batangnya, oleh Mujiyanto
dibuat kerajinan tempel. Hasil
karyanya sudah menjadi
langganan restoran dan hotel-
hotel berbintang di Lombok,
NTB, bahkan hingga Italia.
Tidak itu saja, limbah daun
lainnya seperti daun mahoni,
daun jati, daun lamtoro,
serabut kelapa bagian luar
maupun dalam, daun pisang
hingga ranting kayu bisa
dijadikan karya seni.
“Pokoknya daun-daunan yang
selama ini dianggap limbah
dan cenderung dibakar bisa
diolah menjadi kerajinan,”
ungkap Mujiyanto. Setelah
menjadi kerajinan unik, limbah
lebih berharga dari hasil
buminya.
Menggeluti kerajinan limbah
alami ini, sebenarnya bisa
mendatangkan keuntungan
mengingat bahan bakunya
yang gampang didapat.
Namun sayang, akhir-akhir ini
permintaan menurun karena
kondisi pariwisata Lombok
yang belum menggembirakan.
Tidak sedikit mahasiswa baik
yang masih aktif maupun drop
out, ibu-ibu rumah tangga dan
pengangguran terbantu oleh
kegiatan pembuatan kerajinan
ini. Mereka bukan hanya di
sekitar tempat tinggal
Mujiyanto, di Gomong saja.
Pembuat kerajinan itu ada
yang tinggal di Gerung,
Lombok Barat, Kuripan atau di
mana saja mereka mau bekerja
mengumpulkan bahan-bahan
seperti daun pisang dan
pelepah pisang.
Kerajinan unik ini tidak
merusak keseimbangan alam,
melainkan ikut membantu
kebersihan.; Tak hanya itu,
pemanfaatan bahan-bahan
sisa bisa menghasilkan rejeki
bagi banyak orang. Daun
pisang dan daun-daunan yang
lainnya baru bisa dibuat
kerajinan setelah mengering
dan tidak berguna lagi bagi
kehidupan tumbuhan itu
sendiri. Demikian pula dengan
pelepah pisang, akan lebih
baik menggunakan pelepah
pisang yang buahnya sudah
dipanen ketimbang yang
belum. Hasil kerajinannya akan
lebih bagus dan mudah
dikerjakan.
Berbagai kerajinan limbah
daun ini menghasilkan,
pernak-pernik unik seperti
buku menu di restoran-
restoran, buku tamu hotel,
bingkai foto, tas, pot bunga,
dompet, blocknote, map,
tempat souvenir, keranjang
pakaian, asbak dan sebagainya.
“Untuk desain interior lebih
cocok,” kata Mujiyanto.
Kerajinan ini mampu bertahan
hingga bertahun-tahun karena
cenderung memakai warna
alami. Semakin lama, daun-
daunan atau pelepah pisang
semakin tua warna pun
mengikutinya. Asal rajin
dibersihkan, tidak perlu
khawatir warna menjadi
buram. Terkena air pun tidak
akan terlalu mengganggu,
asalkan jangan sampai
terendam berhari-hari. Seperti
juga perabot lainnya, jika
terkenan air, tinggal
dibersihkan. -nik
Semua Bagian Pisang Jadi
Kerajinan Unik
Dibandingkan dengan daun-
daunan lainnya, daun dan
pelepah pisang memiliki
kekuatan dan kelenturan yang
baik. Tapi untuk membuat
kerajinan unik ini, tidak semua
pisang bisa digunakan. “Pisang
Kepok, daun dan pelepahnya
meskipun besar tidak bisa
dibuat kerajinan,” kata
Mujiyanto. Kalau kering, daun
dan pelepah justru akan
mudah patah saat dilipat-lipat.
Selain itu, pelepah pisang yang
bisa dipakai yakni pelepah
bagian luar hingga hitungan
kelima pada batang pohonnya.
Jika lebih dari itu, tidak bisa
dipakai karena terlalu lemas.
Tapi batangnya tidak lantas
dibuang melainkan, bisa
diambil untuk membuat kertas
daur ulang. Hasilnya, unik dan
bernilai seni tinggi. Ini tampak
dari serat dan tekstur kertas
dengan degradasi warna
alamiah. “Semua bagian
pisang bisa menjadi kerajinan
unik,” katanya.
Untuk memberikan sentuhan
tekstur dan warna, bisa
ditambahkan berbagai jenis
bahan lainnya seperti daun-
daun hijau dan sebagainya.
Sangat gampang membuat
kertas daur ulang batang
pisang yang banyak dibuat
sebagai undangan ini.
Hati pisang bagian dalam
ditumbuk dan dihancurkan
dengan blender, kemudian
dicampur lem lalu diangin-
anginkan. Tidak memakai sinar
matahari langsung karena
akan menyebabkan kertas
daur ulang bergelombang
karena panas yang tidak
merata.
Demikian pula dengan pelepah
pisang, sebelum dibuat
kerajinan seperti anyaman
atau tempelan, kelopak luarnya
dibersihkan dari serat-serat
yang tampak ‘keriting’. Serat-
serat keriting ini juga tidak
dibuang melainkan dipakai
sebagai hiasan atau membuat
tekstur pada kertas atau
asesories. “Usahakan semua
material tidak ada yang
terbuang,” kata Mujiyanto yang
sempat memiliki puluhan
pekerja saat orderan ramai
beberapa tahun lalu.
Untuk mendapatkan beragam
motif bisa dipergunakan teknik
bolak balik. Selain itu bisa
diakali dengan menambahkan
bahan lain atau daun-daun
yang biasanya kering dan
hancur saat diremas, seperti
daun jati.
Daun jati, tidak perlu dipakai
yang sudah tua, melainkan
yang setengah tua atau
berwarna kuning bahkan yang
masih hijau. Daun jati yang
masih agak hijau tersebut bisa
direbus sehingga
menghasilkan warna ungu
violet. Setelah direbus, daun
jati hanya diangin-anginkan
sebentar lalu ditempelkan
pada media kerajinan dalam
keadaan setengah basah.
Di samping kuat dan tahan
lama, proses pengerjaan
pelepah pisang sedikit lebih
rumit dari yang lainnya.
Misalnya, pembuatan kertas
daur ulang pelepah pisang
yang menghasilkan warna
coklat muda dan tua dengan
jerami yang menghasilkan
warna kekuning-kuningan.
Proses perebusan pelepah
pisang sebelum dihancurkan
lebih lama dibandingkan
jerami. Saat dihancurkan
jerami lebih cepat hancur
ketimbang pelepah pisang.
Setelah menjadi bubur kertas
barulah keduanya dicetak di
atas media triplek dan
dianginkan-anginkan.
Harga kertas daun ulang ini
sangat berbeda, yang
berbahan jerami ukuran 90 cm
X 60 cm harga per lembarnya
hanya Rp 750, sedangkan yang
berbahan pelepah pisang
ukuran folio bisa berharga Rp
3.000. Kertas ulang berbahan
jerami memang gampang
sobek dibanding pelepah
pisang. Pelepah pisang cocok
juga untuk membuat kerajinan
yang tidak ditempel tetapi bisa
langsung menjadi bahan
dasarnya dengan sedikit
pelapis karena bahannya yang
kuat sehingga dapat dianyam
dan dibentuk sesuai keinginan.
Membuat sketsel dari anyaman
pelepah pisang pun mampu
bertahan bertahun-tahun. -nik
Kering Di Pohon
Dari semua kerajinan daun-
daunan dan limbah ini,
menurut Mujiyanto yang paling
diminati pasar adalah pelepah
pisang. Warna alami dan serat
yang unik menjadi daya tarik
tersendiri, kuat, tahan lama,
lentur dan mudah dikerjakan.
Bahan-bahan pelepah dan
daunan kering lebih banyak
berasal dari dalam kota
sedangkan pandan
didatangkan dari pinggiran
kota seperti Gerung dan
Kuripan.
Sebagai pemanis kerajinan
seperti buku tamu, cover
menu dan blocknote, dipakai
tali yang juga dibuat dari
pelepah pisang. Tinggal pesan
ukuran berapa, para perajin
bagian-bagian kerajinan ini
akan mengerjakannya.
Mujiyanto memang
menyiapkan dan melatih
banyak perajin untuk
membuat masing-masing
bagian dari kerajinan ini agar
memudahkan saat orderan
banyak.
Setiap satu lembar pelepah
pisang dari pengumpul dibeli
dengan harga Rp 250. Tahun-
tahun sebelumnya, Mujiyanto
membutuhkan tidak kurang
dari 5000 lembar pelepah
pisang saja setiap harinya dari
pengumpul yang kebanyakan
ibu-ibu rumah tangga karena
secara kontinyu hotel-hotel
berbintang dan restoran
memesan kerajinan ini.
Tidak itu saja, pekerja lainnya
tidak harus menunggu
datangnya orderan melainkan
melakukan servis terhadap
kerajinan-kerajinan ini, baik
memperbaiki atau mengganti
beberapa bagian yang rusak.
Membuat kerajinan ini
kesannya sepintas gampang.
Namun dibutuhkan ketelitian
dan kehati-hatian dalam
pengerjaannya. Kesulitan yang
banyak ditemui perajin adalah
saat melakukan tempelan pada
bagian yang melengkung. Jika
salah maka harus berulang-
ulang membongkar dan
memasangnya kembali hingga
benar-benar tampak rapi.
Tentu saja hal ini memakan
waktu dan biaya yang lebih.
Selain itu, daun lamtoro yang
diambil siang hari tidak bisa
langsung dibuat kerajinan
melainkan harus diangin-
anginkan tersebih dahulu.
Karena begitu proses
menempel saat kering sekali
seperti itu, bisa menyebabkan
pecah. Bisa disiasati dengan
memercikan air tersebih
dahulu agar menjadi lemas,
setelah satu jam kemudian
baru ditempel. Daun lamtoro
yang dipakai untuk kerajinan
ini, haruslah yang kering di
pohon bukannya yang jatuh
lalu kering.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar